MAHABARATA Rencana Baru
MAHABARATA Rencana Baru
Bima
berjalan menyusuri Alas Pramanakoti setelah selamat
dari ancaman pembunuhan .
dari ancaman pembunuhan .
Naga Aryaka
mendengarkan cerita Bima dengan seksama. Ada ungkapan syukur dari Naga Aryaka
bahwasannya Bima akhirnya lolos dari ancaman pembunuhan yang dilakukan oleh
Patih Sengkuni dan Duryudana. Sebagai tanda rasa syukur itu Naga Aryaka memberi
anugerah kepada Bima berujud minum Tirta Rasakundha. Setelah meminum Tirta
Rasakundha, Bima tidak merasakan bahwa dirinya berada di dalam air di dasar
Bengawan Gangga. Tidak ada bedanya dengan di atas daratan, napasnya lancar,
badan serta pakaiannya tidak basah. Naga Aryaka menghendaki agar beberapa hari
Bima berada di dasar Bengawan Gangga untuk memperoleh ilmu darinya.
Dengan
senang hati Bima memenuhi permintaan Naga Aryaka yang telah berperan dalam
menyelamatkan dirinya. Berbagai ilmu tentang hidup di wejangkan kepada Bima.
Setelah dianggap cukup, Naga Aryaka berpesan.
”Bima,
janganlah engkau membalas kejahatan saudara tuamu dengan kejahatan pula, karena
hal tersebut tidak menyelesaikan masalah. Serahkan masalahmu kepada Sang Hyang
Tunggal penguasa alam semesta. Serahkan kepada Dia perbuatan jahat Sengkuni dan
Kurawa. Jika pun ada hukuman, birlah Dia yang menghukumnya.” Bima berjanji akan
mentaati nasihat Naga Aryaka, dan mohon diri meninggalkan Bengawan Gangga untuk
kembali ke Panggombakan.
Sesampainya
di Panggombakan, Bima disambut oleh paman Yamawidura, Ibunda Kunthi, Puntadewa
serta adik-adiknya dengan sukacita. Karena beberapa pekan sejak diundang pesta
di pesanggrahan alas Pramanakoti, Bima belum kembali. Kepada mereka
diceritakannya apa yang dialami Bima dari awal sampai akhir. Sungguh
mengharukan tetapi juga membahagiakan. Bima lolos dari maut, bahkan memperoleh
ilmu dan Tirta Rasakundha dari Naga Aryaka.
Kabar
kepulangan Bima di Panggombakan dalam keadaan segar bugar membuat Sengkuni,
Duryudana dan warga Korawa kelimpungan. Mereka sudah terlanjur mengabarkan
kepada Raja Destrarasta bahwa Bima jatuh tenggelam di kedung Bengawan Gangga
sewaktu berpesta pora di Pesanggrahan Alas Pramanakoti. Karena lama tidak
muncul Bima dianggap telah mati disantap naga-naga ganas penghuni kedung
bengawan Gangga. Tetapi ternyata, Bima belum mati, ia menjadi semakin perkasa.
Dengan mendapat kesaktian baru yang memungkinkan ia dapat hidup di dalam air
seperti layaknya berada di atas daratan
”Sengkuni!
aku mendengar bahwa Bima kembali dalam keadaan selamat., benarkah itu?”
”Ampun Sang
Prabu Destrarasta, apa yang paduka dengar benar adanya. Bima masih hidup. Untuk
itu kami mohon ampun atas praduga hamba sebelumnya yang mengatakan bahwa Bima
telah mati. Karena lebih dari sepekan warga Kurawa menunggu disekitar kedung
bengawan Gangga, tempat Bima tenggelam, namun Bima tidak muncul. Kami
beranggapan bahwa tidak ada seorang manusia yang dapat bertahan hidup di dalam
air, selama berhari-hari. Jika ternyata ia masih hidup, hamba sendiri cukup
heran, dengan ilmu sihir macam apa yang digunakan Bima.”
”Cukup
Sengkuni! panggil Bima dan saudara-saudaranya, aku ingin mendengar kisahnya.”
”Baik Sang
Prabu, perintah paduka segera aku laksanakan.”
Dengan
terbata-bata Sengkuni segera undur diri. Prabu Destarastra menarik napas
panjang. Ia dapat merasakan kepatuhan Sengkuni dan juga Gendari isterinya
adalah kepatuhan semu. Walaupun telah dibungkus dengan kata-kata manis, suasana
yang damai menentramkan, toh kebusukan hatinya tercium juga. Jika dapat memilih
ia lebih senang tidak menjadi raja di Hastinapura. Percuma saja ia memerintah.
karena aturan, wewenang, keputusan dan kebijakan raja selalu diselewengkan demi
kepentingan Isteri dan Patihnya.
Sengkuni
gelisah, apa jadinya jika Bima berkisah tentang penganiayaan yang dilakukan
warga Kurawa. Walaupun Sengkuni dan Gendari menganggap remeh Destrarastra
karena kebutaan matanya, mereka miris juga kepada aji Lebur Sakethi yang
dimiliki Destarastra. Namun kegelisahan Sengkuni tak berkepanjangan. Ia segera
mendapat akal, untuk menghadapi cerita Bima. Yang penting menjaga agar
Destarastra tidak marah.
Usaha
membunuh para Pandawa yang dilakukan oleh Sangkuni, Gendari dan para Kurawa
berkali-kali gagal. Namun berkali pula ia lolos dari tuduhan Sang Raja. Dan itu
tidak membuat jera. Bahkan semakin terbakar hati mereka untuk segera
menyingkirkan Pandawa.
Diilhami oleh sebuah peristiwa kebakaran, Sengkuni
mendapat gagasan baru untuk menyingkirkan Pandawa. Ya dengan cara dibakar akan
sulit dilacak penyebabnya. Gagasan tersebut disetujui oleh Gendari, Duryudana
dan para Kurawa. Kemudian diteruskan kepada Purucana, seorang ahli membuat
bangunan yang cepat dan indah. Maka mulailah dibangun sebuah bale di
Waranawata, yang letaknya jauh dari kotaraja Hastinapura
Posting Komentar