MAHABARATA Duryodhana Menjebak Raja Salya.
MAHABARATA Duryodhana Menjebak Raja Salya.
Salya, Raja Negeri Madradesa, adalah saudara Dewi
Madri, ibu Nakula dan Sahadewa. Ia mendengar beritabahwa Pandawa berkemah di Upaplawya dan sedang sibuk
mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan perang
besar yang akan datang. Salya lalu mempersiapkan balatentaranya
dalam jumlah amat besar dan mengirim mereka
ke tempat berkumpulnya pasukan perang Pandawa.
Konon, karena begitu banyaknya jumlah balatentara Salya,
untuk beristirahat mereka membutuhkan areal yang
luasnya 20 kilometer persegi.
Berita keberangkatan Salya bersama balatentaranya
sampai ke telinga Duryodhana. Ia memerintahkan sejumlah
perwiranya untuk menyambut Salya dan membujuknya
agar mau bergabung dengan pasukan Kaurawa. Ia
memerintahkan pasukannya untuk membangun beratusratus
balai peristirahatan di sepanjang jalan yang akan
dilalui balatentara Salya. Balai peristirahatan itu dihias
serba indah. Waktu beristirahat, balatentara Salya akan
dijamu dengan aneka macam makanan dan minuman yang
berlimpah dan dihibur dengan berbagai pertunjukan kesenian
yang memikat.
Seluruh balatentara Salya senang dan puas menerima
sambutan Duryodhana. Salya berkata kepada salah seorang
perwira tinggi pasukan Duryodhana, “Aku ingin memberi
hadiah kepadamu dan kepada mereka yang telah menyambut
kami dengan ramah, terutama anak buahmu.
Sampaikan kepada Duryodhana bahwa aku sangat berterima
kasih kepadanya.”
Perwira itu lalu menyampaikan pesan Salya kepada
Duryodhana. Mendengar itu, Duryodhana yang memang
menunggu-nunggu saat paling baik untuk menemui Salya,
segera berangkat menemui Raja Negeri Madradesa itu. Di
hadapan Salya, ia menyatakan betapa besarnya kehormatan
yang diperolehnya karena Raja Salya merasa senang
oleh sambutan pasukan Duryodhana. Tutur kata Duryodhana
yang ramah benar-benar menyenangkan hati Salya
yang sama sekali tidak punya prasangka apa pun. Ia
mengira semua itu merupakan ungkapan ketulusan pihak
Kaurawa. “Alangkah hormat dan baik hatinya engkau
kepada kami,” kata Salya yang terbuai oleh sambutan luar
biasa dan keramahan pasukan Duryodhana.
“Bagaimana aku bisa membalas budi baikmu?”
Duryodhana menjawab, “Sebaiknya kau dan balatentaramu
bertempur di pihak kami. Itulah yang kuharapkan
sebagai balas budimu.”
Salya sangat kaget mendengarnya. Ia terdiam, terpaku.
Maka sadarlah ia dengan siapa sebenarnya ia berhadapan.
Duryodhana melanjutkan, “Engkau sama berartinya
bagi kami berdua. Bagimu, kami sama dengan Pandawa.
Engkau harus penuhi permintaanku dan berikan bantuanmu
kepadaku.”
Karena telah menerima pelayanan yang sangat baik dari
anak buah Duryodhana selama beristirahat di pesanggrahan,
dengan singkat Salya menjawab, “Kalau memang
demikian keinginanmu, baiklah!”
Duryodhana yang belum merasa yakin akan jawaban
itu, mendesak Salya sekali lagi sebelum raja itu pergi.
Salya memandang Duryodhana dengan tajam sambil
berkata, “Duryodhana, percayalah kepadaku. Aku berikan
kehormatan ucapanku kepadamu. Tetapi, aku harus
menemui Yudhistira untuk menyampaikan keputusanku.”
Akhirnya Duryodhana berkata, “Pergilah menemui Yudhistira,
tetapi kembalilah segera. Jangan ingkari janjimu,”
kata Duryodhana seperti memerintah.
“Kembalilah ke istanamu dan peganglah kata-kataku.
Aku tidak akan mengkhianatimu,” kata Salya. Setelah berkata
demikian ia meneruskan perjalanannya menuju Upaplawya,
tempat perkemahan Pandawa.
Pandawa menyambut paman mereka, Raja Madradesa,
dengan gembira. Nakula dan Sahadewa langsung menceritakan
pengalaman pahit yang mereka alami selama hidup
di pengasingan. Tetapi, ketika mereka mengharapkan bantuan
Salya dalam peperangan yang akan datang, Raja Madradesa
berkata bahwa ia telah menjanjikan dukungannya
kepada Duryodhana.
Yudhistira sangat terkejut dan menyesali dirinya sendiri
karena sejak awal yakin bahwa Salya akan berpihak pada
Pandawa. Ia mencoba menutupi kekecewaannya dengan
berkata, “Pamanku yang perkasa, engkau mempunyai kewajiban
untuk memenuhi janjimu kepada Duryodhana.
Kedudukanmu akan sama dengan Krishna dalam pertempuran
nanti. Karna pasti akan mengharapkan Paman untuk
menjadi sais keretanya waktu ia berhadapan dengan
Arjuna. Apakah Paman akan menyebabkan kematian Arjuna
atau Paman akan menghindarkannya dari maut? Tentu
saja aku tidak bisa memintamu untuk menjatuhkan pilihan.
Aku hanya mengungkapkan isi hatiku dan keputusan
terletak di tangan Paman.”
Salya menjawab, “Anak-anakku, aku telah dijebak oleh
Duryodhana. Aku telah berjanji akan membela dia. Ini berarti
aku harus berhadapan dengan kalian. Tetapi, seandainya
Karna memintaku menjadi sais keretanya dalam
pertarungan melawan Arjuna, ia pasti gentar menghadapinya.
Arjuna pasti menang. Segala penghinaan yang kalian
terima dan diderita oleh Draupadi akan berubah menjadi
kenangan indah bagi kalian. Kelak kalian akan hidup
bahagia. Aku telah berbuat salah. Sepantasnyalah aku
memikul akibatnya.”
Posting Komentar