MAHABARATA JURU TULIS GANAPATI
MAHABARATA JURU TULIS GANAPATI
Begawan Wiyasa (Rishi Viyasa),penulis Mahabharata, adalah
anak dari Begawan Parasana (Rishi Parshar). Wiyasa juga menulis Weda.Mahabharat
ditulis dalam bahasa Sansekerta dalam bentuk puisi. Ketika Wiyasa telah
menyelesaikan Mahabharata, ia menyadari bahwa ia membutuhkan seorang penulis
yang baik untuk mencatat uraian nya.
Melalui sebuah doa, dia bertanya kepada Dewa Brahma tentang
siapakah yang akan menjadi juru tulis yang ideal untuk Mahabharata. Ini adalah
sebuah epos besar dan penulisnya harus mampu menuangkan dengan baik hasil karya
Wiyasa itu. Brahma kemudian menyarankan bahwa hanya Ganapati yang sanggup
menjalankan pekerjaan ini. Tidak ada yang lebih hebat darinya dalam hal
kecerdasan.
Setelah Dewa Brahma menghilang kemudian Wiyasa bersemedi
mengundang Ganapati dan segera muncul di hadapannya. Wiyasa menyambutnya dengan
hormat dan meminta bantuan Ganapati.
“Wahai Ganapati, saya akan mendiktekan kisah Mahabharata dan
saya mohon Anda berkenan menuliskannya”
Ganapati menjawab
“Baiklah, aku akan melakukan apa yang engkau minta. Namun,
dengan satu syarat, yaitu, penaku tidak boleh berhenti saat aku sedang
menulisnya. Sehingga engkau harus mendikte tanpa jeda atau keraguan”
Wiyasa setuju dengan persyaratan Ganapati namun ia segera
mengajukan syarat balasan
“Baiklah, namun Anda juga harus memahami dulu makna yang aku
diktekan sebelum menulskannya”
Ganapati tersenyum dan menyetujui syarat itu.
Kemudian sang resi mulai menderaskan kisah Mahabharata dan
Ganapatimenuliskannya. Sekali dua kali Wiyasa menyusun beberapa bait yang
sangat kompleks sehingga memaksa Ganapati berhenti sejenak untuk berpikir dan
memahami maknanya.Sehingga hal tersebut dapat memberikan Wiyasa cukup waktu
untuk menyusun bait-bait berikutnya dalam benaknya.
Dan itulah yang terjadi sebelum ada pencetakan. Satu-satunya
cara mewariskansesuatu dari generasi ke generasi berikutnya adalah melalui
menghafal. Wiyasa mengajarkan epos itu untuk anaknya Resi Shuka dan murid-murid
lainnya. Shuka mengajarkannya kepada gandarwa (gandharva), raksasa (rakshasas)
dan yaksa (yaksha). Waisampayana (Vaisampayana), salah satu murid utama
Wiyasa,mengisahkan epos itu kepada umat untuk kepentingan kemanusiaan. Raja
Janamejaya, putra Raja Parikesit, menggelar upacara pengorbanan besar. Selama
upacara pengorbanan itu, ia meminta Waisampayana untuk menderaskan Mahabharata
di hadapan para resi yang dipimpin oleh Resi Saunaka.
Wiyasa menyusun Mahabharata untuk mengajarkan dharma
kemanusiaan dalam kehidupan ini.
Setelah kematian Raja Shantanu, putranya Chitrangada menjadi
Raja. Ia digantikan oleh Wicitrawirya. Kedua putra Shantanu wafat sebelum
mempunyai keturunan. Satyawati menanggil Byasa agar melangsungkan suatu yadnya
(upacara suci) untuk memperoleh keturunan. Kedua janda Wicitrawirya yaitu
Ambika dan Ambalika memiliki dua putra Dhritarashtra dan Pandu. Dhritsrashtra
lebih tua tapi buta sehingga sebagai gantinya Pandu naik tahta. Dia kemudian
melakukan pelanggaran dan harus pergi ke hutan untuk penebusan dosa dengan
kedua istrinya Kunti dan Madrim.
Selama mereka tinggal di hutan, dua istri Pandu, Kunti dan
Madrim melahirkan lima anak laki-laki yang kemudian terkenal sebagai lima
Pandawa. Pandu meninggal saat mereka masih tinggal di hutan. Para Pandawa
kemudian dibesarkan oleh para resi.
Ketika Yudhistira, putra tertua, mencapai usia enam belas
tahun, para resi membawa mereka kembali ke Hastinapura dan mempercayakan mereka
kepada kakek mereka, Bisma. Dalam waktu singkat Pandawa menguasai Weda dan
Wedanta dan berbagai seniyang perlu dikuasai oleh Ksatria. Kurawa, anak-anak
dari Dhritarashtra yang buta, menjadi iri hati kepada Pandawa dan mencoba untuk
mencederai mereka dengan berbagai cara.
Akhirnya Bisma, sesepuh keluarga, campur tangan untuk
mendamaikan dan membuat perjanjian diantara kedua pihak. Dengan perjanjian itu,
Pandawa dan Kurawa mulai memisahkan pemerintahan. Pandawa memerintah
Indraprastha dan Kurawa memerintah Hastinapura.
Beberapa lama kemudian, terjadilah permainan dadu antara
Kurawa dan Pandawa. Sangkuni, yang bermain atas nama Kurawa, mengalahkan
Yudhistira. Akibatnya, para Pandawa harus terbuang di pengasingan selama tiga
belas tahun. Mereka meninggalkan kerajaan dan pergi ke hutan dengan istri setia
mereka Drupadi.Menurut perjanjian permainan dadu tadi, Pandawa akan
menghabiskan dua belas tahun di hutan dan tahun ketiga belas menyamar dan
mengembara tanpa dikenal orang lain.
Ketika Pandawa kembali dan menuntut Duryudana untuk
mengembalikan kerajaan mereka, Duryudana menolaknya. Maka terjadilah perang
sebagai konsekuensinya.Pandawa mengalahkan Duryudana dan memerintah kerajaan
selama tiga puluh enam tahun. Setelah itu, mereka menyerahkan singgasanakepada
cucu mereka, Parikesit, dan mengundurkan diri ke hutan dengan Drupadi.
Itu adalah ringkasan dari kisah Mahabharata. Selain kisah
Pandawa, epos Mahabharata berisi cerita dan ajaran luhur yang merupakan harta
sangat berharga, mutiara dan permata kebijaksanaan. Ini adalah sejarah, budaya
dan agama dari India.
Posting Komentar