MAHABARATA .Pelantikan Mahasenapati

MAHABARATA .Pelantikan Mahasenapati


ekembalinya Krishna alias Gowinda ke Upaplawya, ia
segera menemui Pandawa dan menyampaikan laporan
kepada Yudhistira. Ia laporkan pertemuannya dengan
tokoh-tokoh penting di Hastinapura dan pertemuannya
dengan Dewi Kunti, ibu Pandawa.
“Kini tidak ada lagi harapan untuk berdamai. Duryodhana
bersikeras, tetap ingin berperang melawan kita.
Sekarang kita harus bersiap-siap untuk menghadapi
perang besar di padang Kurukshetra!” demikian Krishna
mengakhiri laporannya.
Setelah mendengarkan laporan Krishna, Yudhistira
mengajak saudara-saudaranya berunding. Mereka membagi
pasukan perang Pandawa menjadi tujuh kelompok,
masing-masing dipimpin seorang senapati, yaitu Drupada,
Wirata, Dhristadyumna, Srikandi, Satyaki, Chekidana dan
Bhimasena. Setelah itu mereka merundingkan, siapa yang
pantas dipilih menjadi Senapati Agung.
Yudhistira berkata, “Kita harus memilih dan melantik
satu dari tujuh panglima ini menjadi Mahasenapati atau
Senapati Agung yang mampu menghadapi Bhisma dan
sanggup memusnahkan musuh kita. Ia juga harus pandai
memimpin balatentara kita, setiap saat dan dalam segala
keadaan. Menurut kalian, siapakah yang paling pantas
memikul tanggung jawab seberat itu?” kata Yudhistira
sambil berpaling pada Sahadewa.
Sahadewa menanggapi, “Sebaiknya kita lantik Wirata
menjadi Senapati Agung kita. Dialah yang menolong kita
selama kita hidup dalam penyamaran dan berkat bantuannya
hati kita tergugah untuk merebut kembali kerajaan
kita.”
Pada jaman itu, sesuai tradisi, orang yang paling
mudalah yang lebih dulu dimintai pendapat; bukan yang
paling tua. Hal ini dimaksudkan untuk memberi semangat
kepada anak-anak muda dan membangkitkan rasa percaya
diri mereka. Seandainya yang lebih tua dimintai pendapat
lebih dulu, maka berdasarkan tata susila yang lebih muda
tidak akan berani mengungkapkan pendapatnya secara
bebas. Kalaupun berani, ada kemungkinan akan ditanggapi
secara salah karena perbedaan penafsiran. Yang jujur
bisa dicemooh, yang benar bisa dihina.
Kemudian Yudhistira bertanya kepada Nakula dan
Nakula menjawab tanpa ragu, “Menurutku yang paling
tepat menjadi Senapati Agung adalah Drupada. Dilihat dari
usia, kebijaksanaan, keberanian, kekuatan, dan garis
keturunannya, dialah yang paling utama. Drupada telah
belajar ilmu peperangan dari Bharadwaja. Ia sudah lama
menunggu kesempatan untuk bertempur melawan Drona.
Ia sangat dihormati dan disegani banyak raja. Ia telah
membela kita seperti anak-anaknya sendiri. Dia pula yang
memimpin pasukan perang kita melawan Bhisma dan
Drona.”
Dhananjaya kemudian dimintai pendapatnya. “Aku
pikir, Dristadyumna yang harus memimpin kita di medan
perang. Dia adalah kesatria yang mampu mengendalikan
perasaan dan pikirannya dengan baik. Dan ia terlahir
untuk menamatkan riwayat Drona. Hanya Dristadyumna
yang mampu menghadapi segala bidikan panah Drona.
Kecuali itu, ia ahli siasat perang dan tangkas menggunakan
segala macam senjata dan terbukti berhasil mengalahkan
Parasurama. Tak ada yang lebih pantas daripada
dia,” kata Arjuna.
Bhimasena berkata, “Wahai Dharmaputra, apa yang
dikatakan Arjuna benar. Tetapi menurut para resi dan
para tetua, Srikandi yang ditakdirkan akan menamatkan
riwayat Bhisma. Menurut pendapatku, Srikandi yang
harus memimpin balatentara kita!”
Yudhistira kemudian meminta pendapat Krishna.
“Semua kesatria yang telah disebut tadi mempunyai
kelebihan masing-masing dan semua memenuhi syarat
untuk dipilih,” kata Krishna. “Siapa pun yang akan dipilih,
dia pasti mampu membuat balatentara Kaurawa ketakutan.
Tetapi, setelah memperhatikan setiap pendapat dan
mempertimbangkan segala sesuatunya, demi kemenangan
kita, aku mendukung pendapat Arjuna. Karena itu, nobatkanlah
Dristadyumna sebagai Senapati Agung balatentara
Pandawa.”
Akhirnya, dengan suara bulat mereka memutuskan
memilih Dristadyumna sebagai Senapati Agung. Putra Drupada
itulah yang dulu memimpin upacara sayembara
untuk mencarikan suami bagi Draupadi, adiknya. Sayembara
itu dimenangkan oleh Arjuna. Tiga belas tahun lamanya
ia menahan diri untuk tidak membalas penghinaan
Duryodhana terhadap Draupadi. Dristadyumna memang
telah menunggu-nunggu saat yang tepat untuk membalaskan
dendam adiknya.
Pelantikan Dristadyumna sebagai Senapati Agung balatentara
Pandawa dilakukan dengan khidmat. Selama upacara
berlangsung, suasana hening. Setelah upacara selesai,
seluruh balatentara Pandawa bersorak sorai penuh
semangat. Genderang ditabuh, gong dipukul, dan sangkakala
ditiup menderu-deru. Suara riuh rendah itu membahana
memenuhi angkasa! Panji-panji pasukan dikibarkan.
Pasukan penunggang kuda dan gajah dibariskan berderetderet,
diikuti pasukan berkereta dan pasukan berjalan
kaki. Semua berbaris, melangkah maju dengan mantap ke
padang Kurukshetra. Derap langkah mereka menggetarkan
bumi! Sorak sorai mereka seakan-akan hendak merobohkan
langit!
***
Sementara Pandawa memilih Dristadyumna, Kaurawa memilih
Bhisma sebagai Mahasenapati mereka. Sambil bersujud,
Duryodhana memberi hormat kepada Bhisma dan
berkata, “Semoga engkau dapat memimpin kami dengan
bijak dan kita memperoleh kemenangan dan kemasyhuran
seperti Kartikeya memimpin para dewata di kahyangan.
Kami akan mengikuti perintahmu, seperti sapi-sapi mengikuti
gembalanya.”
Bhisma mengangguk lalu berkata kepada Duryodhana,
“Baiklah! Tetapi, engkau harus mengerti pendirianku. Aku
tidak pernah ragu. Bagiku, putra-putra Pandu sama dengan
kalian, putra-putra Dritarastra. Untuk memenuhi
janjiku kepadamu, aku akan melaksanakan tugasku dengan
sebaik-baiknya. Ratusan musuh akan tewas setiap
hari, karena anak panahku. Tetapi aku tak sanggup membunuh
putra-putra Pandu, karena aku tidak menyetujui
peperangan ini.
“Selain itu, satu hal harus engkau ingat. Karna, putra
Batara Surya, yang sangat engkau kasihi itu, selalu menentang
kepemimpinanku dan meremehkan segala pendapatku.
Kalau kau tidak senang akan pendirianku, mintalah
dia memimpin balatentara Kaurawa. Lantiklah dia sebagai
Senapati Agung. Aku tidak keberatan.”
Duryodhana menerima syarat-syarat yang diajukan
Bhisma. Kesatria tua itu dinobatkan sebagai Senapati
Agung balatentara Kaurawa. Dan, bagaikan banjir besar
balatentara yang dipimpinnya mengalir ke padang Kurukshetra

Posting Komentar

Pages (9)1234567 Next
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. CERITA PERWAYANGAN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger